Pemkot Depok Akui: Banyak Sekolah Belum Terjangkau Angkutan Umum
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mengakui bahwa hingga saat ini masih terdapat sejumlah sekolah, terutama di wilayah pinggiran dan perbukitan, yang belum sepenuhnya terjangkau oleh layanan angkutan umum. Hal ini menjadi perhatian serius karena berpengaruh langsung terhadap aksesibilitas siswa dalam menempuh pendidikan.
Kondisi tersebut dibeberkan dalam rapat koordinasi antar perangkat daerah yang membahas peningkatan layanan publik, termasuk transportasi berbasis kebutuhan pendidikan.
Kendala Akses Transportasi untuk Pelajar
Menurut Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok, beberapa jalur sekolah memang berada di wilayah yang belum dilintasi oleh trayek angkutan umum reguler, terutama sekolah dasar dan menengah yang berada di area permukiman baru, kawasan perbukitan, atau jauh dari pusat kota.
“Kami menyadari, masih ada anak-anak yang harus berjalan kaki cukup jauh atau diantar jemput dengan kendaraan pribadi karena angkutan umum belum menjangkau sekolah mereka,” ujar Kepala Dishub Depok.
Fenomena ini berdampak pada ketimpangan akses, terutama bagi siswa dari keluarga ekonomi menengah ke bawah yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Tak jarang, keterbatasan transportasi menjadi salah satu penyebab keterlambatan hingga potensi putus sekolah.
Upaya Evaluasi dan Solusi Bertahap
Menanggapi persoalan tersebut, Pemkot Depok menyatakan telah memetakan daerah-daerah yang masuk dalam kategori rawan akses transportasi. Langkah awal yang direncanakan adalah evaluasi ulang jalur angkutan kota (angkot) serta kemungkinan penambahan rute baru atau pengadaan layanan transportasi pelajar khusus (school bus).
“Kami akan berkoordinasi dengan operator transportasi dan mengevaluasi skema trayek eksisting. Jika memungkinkan, kita upayakan layanan feeder atau penghubung ke titik-titik sekolah,” ujar Wali Kota Depok dalam keterangannya.
Selain itu, pihak Dinas Pendidikan juga menyarankan adanya integrasi antara kebijakan pendidikan dan transportasi, mengingat akses sekolah yang memadai menjadi salah satu indikator kota ramah anak dan inklusif.
Respon Orang Tua dan Pihak Sekolah
Sejumlah orang tua siswa mengaku harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya antar jemput. “Kami tinggal di kawasan yang cukup jauh dari jalan utama. Tidak ada angkot lewat, jadi setiap hari harus pakai ojek online atau antar sendiri. Lumayan menguras biaya,” ungkap Fitria, salah satu orang tua siswa SD di Kecamatan Bojongsari.
Pihak sekolah pun berharap adanya solusi cepat. “Kami sering menerima keluhan soal transportasi, terutama saat musim hujan atau ketika orang tua berhalangan. Akses yang sulit juga mempengaruhi kehadiran dan disiplin siswa,” ujar Kepala Sekolah SMP Negeri di wilayah Cimanggis.
Pengakuan Pemkot Depok atas keterbatasan akses transportasi menuju sekolah menjadi langkah awal yang penting untuk perbaikan. Namun, tantangannya adalah bagaimana mengubah pengakuan tersebut menjadi kebijakan nyata yang menjawab kebutuhan warga, khususnya pelajar.
Pendidikan berkualitas tidak hanya soal guru dan kurikulum, tetapi juga soal akses yang mudah, aman, dan terjangkau. Dalam konteks kota yang terus berkembang seperti Depok, infrastruktur transportasi harus ikut tumbuh seiring kebutuhan masyarakatnya.