Gerindra Sindir Pejabat: Yang Salah Bakal Gemetar Hadapi Presiden Prabowo
Suasana pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto kembali menjadi perbincangan hangat usai pernyataan dari Partai Gerindra yang menyoroti sikap tegas sang presiden terhadap para pembantunya di kabinet. Dalam sebuah wawancara terbaru, elite Gerindra menyebut bahwa para menteri atau pejabat yang tidak menjalankan tugas dengan benar atau melakukan kesalahan akan merasa “gemetar” saat harus menghadapi rapat bersama Presiden Prabowo.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Gerindra, Habiburokhman, yang menegaskan bahwa gaya kepemimpinan Prabowo tak mengenal kompromi terhadap kelalaian, manipulasi, atau kinerja buruk.
“Kalau seorang menteri salah atau menyembunyikan sesuatu, pasti akan gemetar kalau harus berhadapan langsung dengan Pak Prabowo dalam rapat,” ujar Habiburokhman saat diwawancarai media nasional.
Pemimpin Tegas yang Tak Suka Basa-Basi
Selama ini, Prabowo memang dikenal dengan gaya komunikasi lugas dan berprinsip kuat terhadap disiplin, loyalitas, dan transparansi. Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ia kerap memberi arahan yang jelas, langsung, dan tanpa retorika berlebihan. Karakter ini terbawa hingga kursi presiden, menjadikannya figur yang dihormati sekaligus ditakuti dalam lingkaran birokrasi.
“Pak Prabowo bukan tipe yang marah-marah sembarangan, tapi kalau Anda salah dan coba menyembunyikan fakta, beliau bisa sangat keras dan langsung memotong,” tambah Habiburokhman.
Pesan Politik atau Peringatan Dini?
Pernyataan Gerindra ini dinilai banyak pihak sebagai bentuk sinyal politik kepada para menteri dan pejabat negara lainnya agar tidak bermain-main dengan tanggung jawab yang diberikan. Di tengah tuntutan publik terhadap kinerja cepat, efisien, dan transparan, Prabowo diyakini ingin membangun budaya pemerintahan yang berbasis pada hasil, bukan hanya laporan atau pencitraan.
Pengamat politik dari LIPI, Dr. Lintang Fadillah, menyebut sindiran ini bisa dibaca sebagai upaya menegaskan bahwa posisi menteri bukan sekadar simbol kekuasaan, tapi tanggung jawab yang menuntut integritas dan kerja keras.
“Presiden Prabowo sedang menguatkan citra bahwa ia bukan hanya pemimpin populis, tetapi juga seorang manajer negara yang menginginkan efisiensi dan akuntabilitas tinggi,” jelasnya.
Respons Publik dan Opini Netizen
Di media sosial, pernyataan ini memicu beragam reaksi. Banyak yang menyambut positif gaya kepemimpinan tegas Prabowo, dengan menyebut bahwa pejabat memang seharusnya takut jika tidak bekerja sesuai amanat. Tagar #TegasTanpaAmpun sempat ramai digunakan di platform X (sebelumnya Twitter), menyoroti harapan publik terhadap reformasi birokrasi yang lebih disiplin.
Namun, tidak sedikit juga yang menilai bahwa rasa takut bukanlah budaya kerja ideal, melainkan harus digantikan dengan motivasi dan semangat kolaboratif. “Rapat bukan arena intimidasi, tapi ruang solusi. Semoga ketegasan tidak membuat inovasi terhenti,” tulis seorang pengguna.
Pemimpin yang Tak Tawar Integritas
Pernyataan dari Gerindra bahwa “yang salah bakal gemetar” ketika bertemu Presiden Prabowo merupakan cerminan dari budaya kepemimpinan berbasis integritas yang tengah coba dibangun dalam pemerintahan saat ini. Terlepas dari pro dan kontra, satu hal menjadi jelas: Prabowo tidak menginginkan menteri yang hanya duduk manis tanpa kinerja nyata.
Dengan gaya yang tegas namun terukur, ia tampaknya ingin mengirim pesan: jabatan adalah kepercayaan, dan kepercayaan adalah beban yang harus dipikul dengan kesungguhan.