TikTok Shop Pangkas Tenaga Kerja di Indonesia Setelah Merger Besar
Pasca merger besar antara TikTok Shop dan Tokopedia, lanskap e-commerce Indonesia kembali mengalami guncangan. Salah satu efek paling mencolok dari konsolidasi dua raksasa digital tersebut adalah keputusan TikTok Shop untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya di Indonesia.
Kabar ini sontak mengejutkan publik, terutama karena merger yang diumumkan sebagai langkah strategis justru berdampak langsung pada nasib para pekerja yang sebelumnya menjadi bagian dari ekspansi agresif TikTok di sektor belanja online.
Efisiensi Pasca Merger Jadi Alasan Utama
Dalam keterangan resminya, pihak TikTok menyebut bahwa PHK dilakukan sebagai bagian dari proses penyelarasan struktur organisasi setelah integrasi dengan Tokopedia. Langkah ini dinilai penting untuk menghindari duplikasi peran dan menyesuaikan strategi bisnis ke depan.
“Setelah proses merger, kami melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebutuhan operasional. Keputusan ini tidak mudah, namun diperlukan agar perusahaan tetap agile dan berdaya saing,” tulis pernyataan resmi TikTok Shop Indonesia.
Sumber internal menyebut bahwa mayoritas karyawan yang terdampak berasal dari divisi operasional, logistik, dan pemasaran, yang sebelumnya dibentuk untuk memperkuat infrastruktur TikTok Shop secara mandiri.
Ratusan Karyawan Terdampak, Respons Publik Beragam
Setidaknya 300 karyawan disebut telah menerima surat pemberhentian dengan pesangon yang mengikuti ketentuan hukum ketenagakerjaan Indonesia. Beberapa di antara mereka menyampaikan rasa kecewa, namun sebagian mengaku sudah menduga akan ada restrukturisasi besar setelah merger.
“Sejak pengumuman merger dengan Tokopedia, kami sudah merasa ada ketidakpastian. Tapi tetap saja, rasanya berat ketika benar-benar diumumkan,” ujar salah satu mantan karyawan TikTok Shop yang enggan disebut namanya.
Di sisi lain, publik menyoroti bagaimana perusahaan teknologi besar cenderung melakukan PHK setelah konsolidasi bisnis, sebuah pola yang kini makin sering terjadi dalam dunia startup dan digital.
Gabungan Dua Kekuatan: Peluang dan Tantangan
Merger antara TikTok Shop dan Tokopedia dinilai sebagai langkah besar yang akan membentuk kekuatan e-commerce baru di Indonesia, dengan kombinasi kekuatan konten dan distribusi barang. Namun integrasi dua kultur perusahaan besar ini tak lepas dari tantangan, termasuk dalam menyatukan SDM, teknologi, dan strategi pasar.
Pengamat bisnis digital menilai, PHK yang terjadi kemungkinan besar hanya gelombang awal dari penyesuaian struktur yang lebih besar. Meski begitu, hal ini perlu diimbangi dengan transparansi dan kepastian terhadap sisa tenaga kerja yang masih bertahan.
“Penggabungan bisnis sebesar ini memang rumit. Tapi perusahaan harus tetap mengedepankan pendekatan humanis dan tanggung jawab sosial terhadap para pekerja,” ujar analis ekonomi digital dari salah satu universitas ternama.
Langkah Selanjutnya: Fokus ke Ekspansi dan Inovasi
Meski tengah dihantam isu PHK, TikTok dan Tokopedia menegaskan bahwa merger ini justru menjadi awal dari inovasi dan ekspansi besar-besaran di Indonesia. Mereka mengklaim akan menghadirkan pengalaman belanja yang lebih interaktif, personal, dan efisien bagi konsumen.
Dengan kekuatan basis pengguna TikTok dan infrastruktur Tokopedia, kolaborasi ini diperkirakan akan menantang dominasi e-commerce lain yang sudah lebih dulu mapan.
Namun satu hal yang jelas: di balik ambisi besar dan angka-angka pertumbuhan, ada wajah-wajah pekerja yang terdampak. Perjalanan TikTok Shop pasca merger akan terus menjadi sorotan — bukan hanya soal inovasi, tapi juga soal bagaimana mereka memperlakukan manusia di balik layar.